top of page

ABAI PADA NURANI BAIK



Matius 14:2 “Ia berkata kepada pegawai-pegawainya, "Inilah Yohanes Pembaptis; ia sudah dibangkitkan dari antara orang mati dan itulah sebabnya kuasa-kuasa itu bekerja di dalam-Nya."


Seorang tersangka koruptor duduk di kursi pesakitan dengan wajah pucat. Kehadiran para hakim di hadapannya membuat jantungnya semakin cepat berdetak. Ia tidak lagi bisa mengelak dari semua kejahatan dan ketidakjujuran yang telah dilakukannya. Semua kesalahan itu terus mengusik nuraninya. Ada penyesalan, namun ia tetap saja mengelak dan membela dirinya. Bukti kejahatan sudah jelas, ia harus siap menerima vonis hakim yang akan dijatuhkan kepadanya.


Pemberitaan tentang Yesus sampai di telinga Herodes dan itu membuat nuraninya terusik. Ia menyangka bahwa Yesus adalah Yohanes Pembaptis yang telah bangkit kembali.

Tiba-tiba saja ia teringat akan semua kejahatan yang telah dilakukannya di masa lalu. Menceraikan istri lalu menikahi istri iparnya sendiri hingga akhirnya memenggal kepala Yohanes Pembaptis yang dengan keras menegur dosa-dosanya.


Perasaan bersalah menghantuinya. Padahal sejatinya Herodes punya nurani yang baik. Itu ditunjukkannya dengan hanya memenjarakan Yohanes pada awalnya.


Sayang, ia tidak terus mengikuti suara nuraninya yang baik itu. Ia terperangkap oleh janjinya pada anak perempuan Herodias untuk melenyapkan Yohanes.


Tidak ada seorang pun yang dapat menyembunyikan dosa selamanya. Cepat atau lambat, kehadiran Yesus, Sang Firman itu, akan membongkar semua dosa tanpa terkecuali.


Nurani kita terusik, Ia menunjukkan kembali kejahatan yang kita lakukan. Bisa jadi rasa bersalah itu menghantui kita, namun Yesus beranugerah untuk menyelesaikannya.


Ketika kita bersedia mengikuti nurani baik kita untuk mengakui dan bertobat, maka Ia mengampuni kita.


”Semakin rapat kita menutupi dosa, semakin tidak tenang kita dibuatnya”

bottom of page