top of page

DI MANAKAH KITA BERDIRI?




Yosua 5:13a “Ketika Yosua dekat Yerikho, ia melayangkan pandangnya...”


Apakah yang sedang Yosua lakukan, memandang ke arah Yerikho? Apakah yang sedang ada dalam pikirannya saat itu? Ia tahu Allah mengembankan sebuah misi baginya. “Kita telah tiba di sini. Inilah musuh yang harus kita hancurkan, dimulai di sini.”


Yerikho adalah seumpama sifat kita yang seringkali jatuh dalam dosa. Ia kuat, dan harus dihancurkan.


Bagaimanakah kita melihat Yerikho? Apakah kita menelitinya dari kejauhan, berpikir bagaimana cara mengalahkannya? Atau kita terkurung dalam kesenangan Yerikho, hidup menurut kedagingan, menyenangkan perasaan kita dengan film dan musik, meraih kepuasan dengan cara-cara materialistis, dan tergelak-gelak karena gosip dan kata-kata yang fana?


Tidak ada dorongan misi dalam gaya hidup seperti itu. Tidak ada keterdesakan untuk menaklukkannya. Itu bukan meneliti Yerikho, tetapi hidup di dalamnya.

Sebagai seorang Kristen, kita telah meninggalkan Mesir. Kita telah dibenarkan oleh iman dan dibaptis. Darah Kristus telah menyucikan kita dari dosa.


Kita menikmati berkat-berkat Allah, secara rohani dan fisik. Mungkin kita berpikir hanya itu saja: “aku sudah selamat!” Tetapi, menyeberangi sungai Yordan bukan akhir pertandingan, tetapi barulah permulaannya.


Mungkin di hati kita masih ada hamparan tanah yang ditumbuhi keinginan-keinginan dosa yang erat tertanam, yang masih harus kita cabut.


Apakah kita merasakan dorongan misi dan keterdesakan untuk bertindak, seperti yang dirasakan Yosua, menghadapi peperangan yang penuh tantangan dan sulit di depan mata?


Apakah kita menyeberangi sungai Yordan dengan senjata lengkap dan siap berperang?


Dilihatnya seorang laki- laki berdiri di depannya dengan pedang terhunus di tangannya. Yosua mendekatinya dan bertanya kepadanya: "Kawankah engkau atau lawan?"


Yosua secara khusus bertemu dengan Allah. Ia dapat berdiri di atas tanah yang kudus. Bagaimanakah pola pikir kita?


Apakah kita berdiri jauh- jauh di luar tembok Yerikho, memandangnya dengan penuh tujuan, atau kita berdiri di dalamnya, menikmati angan- angan keamanan dan kenikmatan?


Tempat kita berdiri, menentukan apakah kita bertemu dengan Allah atau tidak. Itu juga menentukan apakah kita ada di pihak-Nya atau tidak. Itu juga menentukan apakah kita berdiri di tanah yang kudus. Di manakah kita berdiri?


”Apakah Anda merasakan dorongan misi Allah dan keterdesakan untuk menghadapi peperangan rohani di depan Anda?”

 
 
 

Comments


bottom of page