Kejadian 33:4 “Tetapi Esau berlari mendapatkan dia, didekapnya dia, dipeluk lehernya dan diciumnya dia, lalu bertangis-tangisanlah mereka.”
Di perguruan tinggi dahulu, kami mempelajari karya-karya Ilmiah yang berhubungan dengan penelitian untuk tugas akhir. Dosen menugaskan mahasiswa untuk membaca sebuah buku teks tebal berisi segala tulisan yang berhubungan dengan Judul penelitian, karena saat itu buku-buku referensi masih dalam bentuk fisik, terkadang ada yang sangat tebal. Saya harus selalu membawa buku yang beratnya beberapa kilogram itu. Membawa beban seberat itu telah membuat punggung saya sakit dan pada akhirnya merusak pengait logam pada tas saya!
Ada beberapa hal yang terlalu berat untuk kita bawa. Beban emosional dari luka batin di masa lalu, misalnya, dapat membebani kita dengan kepahitan dan kebencian.
Namun, Allah ingin kita mengalami kebebasan lewat pengampunan yang kita berikan kepada orang lain dan, sekiranya mungkin, berdamai juga dengan mereka.
Semakin dalam rasa sakitnya, semakin lama pula waktu yang mungkin dibutuhkan untuk berdamai.
Tidak apa-apa. Butuh bertahun-tahun bagi Esau untuk mengampuni Yakub yang telah mencuri hak kesulungan dan berkatnya.
Ketika mereka berdua akhirnya bertemu kembali, Esau dengan murah hati mengampuni saudaranya, bahkan mendekapnya. Tidak sepatah kata pun terucap sebelum mereka menangis tersedu-sedu.
Seiring waktu, Esau sudah melupakan amarah yang pernah membuatnya terpikir untuk membunuh Yakub.
Tahun-tahun yang berlalu itu juga memberi Yakub kesempatan untuk melihat betapa dalamnya ia telah menyakiti saudaranya. Ia pun bersikap rendah hati dan penuh hormat selama pertemuan mereka.
Pada akhirnya, kedua bersaudara itu tiba pada titik ketika masing-masing tidak lagi menuntut apa pun dari yang lain.
Mereka cukup puas dengan pengampunan yang diberikan dan diterima, serta mengalami kelegaan setelah terbebas dari beban berat di masa lalu.
”Pelanggaran seperti apa yang rasanya paling sulit untuk kamu maafkan? Bagaimana mengampuni orang lain dapat mencerminkan hubungan kamu dengan Bapa surgawi?”
Comments