WALAU KECIL NAMUN BERARTI
- GBI Abadi Jambi Rayon 14
- 4 days ago
- 2 min read

Lukas 16:10 “Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara- perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar”
Ada sebuah lagu dalam Kidung Rohani yang diawali dengan sebuah metafora yang indah: “Tetes air berkumpul, menjadi sungai. Pasir laut bertimbun, menjadi bukit.”
Pada semua cita-cita kita, segala yang besar dimulai dari hal yang kecil. Penulis novel menulis bukunya kalimat per kalimat. Malah ia memulainya dari hal yang lebih kecil, ketika ia masih belajar subyek, kata kerja, dan predikat di sekolah bahasa.
Arsitek membangun bangunannya yang rumit bata demi bata. Tetapi ia memulainya dengan hal yang lebih kecil, dengan goresan-goresan pensil di sehelai kertas.
Begitu juga tokoh-tokoh Alkitab, mereka memulainya dari permulaan yang bersahaja. Daud mempunyai keberanian untuk menghadapi Goliat karena sebelumnya ia sudah menghadapi beruang dan singa.
Tetapi juga karena ia telah menghadapi Goliat, maka ia dapat menghadapi beban yang lebih berat saat menghadapi Saul. Allah adalah tumpuan kepercayaannya.
Musa dapat memimpin jutaan orang Israel karena ia telah menghabiskan waktu 40 tahun mengembalakan domba.
Stefanus menjadi martir karena ia sudah mati perlahan setiap hari mengorbankan dirinya untuk melayani dan tak henti- hentinya mengabarkan injil.
Latihan selalu bersifat progresif. Kita belajar merangkak agar dapat berjalan. Kita belajar berjalan agar dapat berlari. Karena itu janganlah terkejut bila perjalanan iman kita terasa semakin curam.
Segalanya dimulai dengan awal yang kecil. Kita mempelajari iman dengan percaya pada Allah dalam hal-hal yang kecil – kekuatiran-kekuatiran kecil yang mengganggu hidup kita sehari-hari.
Tetapi kemudian dengan tiap-tiap langkah iman, kita melihat mujizat-mujizat kecil. Dengan pengalaman-pengalaman ini iman kita kepada Allah terus tumbuh, hingga kita sungguh- sungguh tidak kuatir dengan apa yang kita hadapi esok, atau bila kita mati kelak.
Apakah tetes-tetes air dalam kehidupan rohani Anda? Apakah Anda masih terus setia dalam hal- hal yang kecil?
Comments